Senin, 19 Desember 2011

Ibu, Engkaulah segalanya bagiku




Kalimat pembuka di bawah ini mungkin hanya sebagai gambaran kemuliaan dari seorang Ibu, bila kelak suatu saat ada orang datang dan bertanya padaku, siapa orang yang paling daku sayangi dan hormati  dalam hidupku????,maka akan daku jawab dengan lantang dan sigap, bahwa orang yang paling daku sayangi dan hormati dalam hidup ku adalah Ibuku. Alasan jawaban itu adalah sebuah Hadits dari Rasulullah SAW ,yang pada saat itu datang seorang pemuda dan menghampiri Beliau dan bertanya pada Rasulullah. Pemuda itu bertanya “Ya Rasulullah, siapa orang yang pertama yang harus aku hormati dan cintai ?” tanya si pemuda kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menjawab : “ Ibumu”, kemudian sang pemuda bertanya lagi kepada Rasulullah, kemudian siapa lagi ???  tanya pemuda itu lagi, kemudian Rasulullah menjawab lagi “ Ibumu”, kemudian si pemuda bertanya kembali pada  Rasululllah, “kemudian siapa lagi ya Rasul???”  tanya si pemuda”, Rasulullah kembali menjawab “ Ibumu” , sang pemuda kembali bertanya pada Rasulullah, kemudian siapa lagi ya Rasul??” tanya si pemuda. Barulah Rasulullah menjawab untuk terakhir “ Ayahmu”, kemudian si pemuda berlalu dari hadapan Rasulullah.

Betapa mulianya Engkau wahai Ibu yang sangat kucintai, engkau sebagai sandaran hati ini setelah Allah dan Rasulullah, Rasulullah sampai menyuruh umat manusia untuk menghormati dan mencintai Ibu hingga  Ibu tiga tingkat di atas ayah, betapa mulianya derajat Ibu. Selama 9 bulan 10 hari engkau mengandung daku dengan bersusah payahnya, hingga untuk tidur dan bergerak saja engkau sangat kesusahan. Tapi tak sedikitpun engkau mengeluh akan hal itu, karena engkau tahu bahwa daku di dalam kandungan mu merupakan titipan Allah yang kelak akan engkau didik selalu, yang akan engkau besarkan dengan curahan kasih sayang, dengan segenap jiwa ragamu selalu menjaga daku.


Dalam sebuah bait lagu  yang sangat terkenal :
Kasih sayangnya Bunda
            Tidak ada batasnya
            Tiap malam di jaganya
            Di pangku dan ditimangnya
            Dengan kasih sayangnya…….

Engkau sangat bahagia ketika melihat daku tumbuh dan kembang sebagai anak yang berbakti kepadamu, daku selalu menuruti perintahmu Ibu, daku selalu berusaha membantu Engkau dalam setiap langkah meskipun daku masih seorang anak yang masih kecil, akan tetapi daku selalu ingin bersama kemanapun Ibu melangkah. Bahkan ketika daku masuk sekolah, Engkaulah orang yang pergi mengantarkanku ke sekolah, dan selalu menitip pesan padaku “ yang rajin belajar dan benar-benar sekolah nya ya”, kata-kata mu selalu daku ingat ketika itu. Ketika engkau dan ayah merasa kesulitan membiayai kami para anakmu bersekolah, engkau tetap tegar dan bersemangat menyekolahkan kami semua. Dengan berbagai cara engkau lakukan,dari berjualan jagung rebus, kacang rebus dengan berkeliling kampung, dan menjual jagung bakar di malam harinya, bahkan menitipkan kue-kue kering di warung dekat kampung sebelah,tak pernah Engkau fikirkan seberapa lelahnya dirimu,semua itu engkau lakukan hanya untuk anak-anak mu terutama daku. Engkau tidak pernah mengenal lelah dengan segala hal,semua Ibu lakukan hanya demi kami anak-anak mu. Meskipun ayah di samping mu selalu, tapi Ibu tetap berusaha selain ayah. Ibu, Engkau bagai pelita dalam keluarga, selalu menerangi kegelapan hati kami.  Engkau tidak pernah merasa letih merawat dan menjaga kami, hingga kami bisa bersekolah terus, semua cara yang Ibu lakukan  dengan berjualan keliling kampung dan memerima pesanan kue-kue kering. Melihat Ibu seperti itu,daku merasa sangat terharu hingga tak kuasa menahan air mata kebahagiaan sekaligus kepedihan dalam hati, timbul pertanyaan dalam diri ini “ kenapa Ibu harus sampai bekerja ekstra keras hanya demi mencari biaya tambahan untuk bersekolah kami?”, akan tetapi pertanyaan itu tidak berani untuk aku ungkapkan kepada mu wahai Ibu. Daku  dan kakak yang merasa bahwa Ibu tidak perlu terlalu menanggung semua beban kami, berinisiatif membantu usaha Ibu dengan berjualan keliling kampung, bahkan hingga di sekolah pun daku membawa dagangan Ibu dan menjajakan kepada para teman-teman semua. Ada yang senang, ada juga yang sinis melihat usaha daku membantu Ibu, senang karena teman-teman tidak bersusah payah keluar kantin membeli makanan, dan sinis karena para Ibu-ibu kantin menegur daku. Di dalam hatiku berkata, “Ibu...., seperti inikah bebanmu memikirkan kami anak-anakmu?”, tak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu,hanya waktu yang bisa menjawab semuanya.
Ibu, kau bagaikan pahlawan bagi diriku, Engkau tidak pernah mengeluh sedikitpun dengan ulah  dari anak mu ini. Engkau besarkan daku dengan harapan agar berguna bagi agama dan bangsa. Dalam keheningan malam Engkau bersujud memohon kepada Sang Pencipta agar daku dan semua anak-anakmu selalu di beri kemudahan dalam melangkah, anak yang tak pernah membahagiakanmu. Engkau tidak pernah menghitung seberapa banyak biaya yang Engkau keluarkan untuk daku,Engkau tidak pernah menagih kembali setiap yang engkau berikan kepada daku dan kakak,abang,dan adik-adik. Engkau tetap memegang prinsip bahwa tidak boleh anak-anakmu ini sampai putus sekolah,terutama daku anak laki-laki yang paling Ibu harapkan dalam keluarga akan menjadi orang yang berguna. Ibu, engkau adalah sandaran hati daku, setiap saat daku memiliki masalah,engkau bak pahlawan datang menolong daku,engkau menyemangati daku dengan senyuman yang khas sebagai tanda sayangmu terhadap anakmu. Senyuman seorang Ibu yang sangat mengerti keadaan anak-anak nya, dan dengan penuh perhatian engkau menasehati daku.
Ibu, begitu besarnya jasamu pada kami sekeluarga,hingga engkau tidak pernah memikirkan bagaimana dengan diri Ibu sendiri. Ibu hanya berfikir bahwa daku beserta kakak,abang dan adik selalalu bahagia. Bahagianya memiliki kelurga yang saling berbagi dalam segala hal, tertutama memilik Ibu yang sangat perhatian dan penuh kasih sayang kepada semua anggota keluarganya,tanpa membeda-bedakan anatara anak yang paling besar dan yang paling kecil. Ibu, engkau bertindak sangat adil, dan engkau selalu mengajarkan kepada kami anak-anakmu untuk selalu bisa hidup mandiri.  Tetapi ketika daku semakin tumbuh menuju kedewasaan, daku sering membuat Ibu menangis dan menitikkan air mata, bahkan Ibu yang selalu terbuka ketika hati Ibu tersakiti untuk tetap menyayangi daku , karena Ibu tidak pernah memiliki sifat untuk mendendam,terutama kepada anak-anaknya sendiri.

Di pertengahan tahun 2003 merupakan awal kelam kebahagiaan daku dan kelurga karena Ibu menderita penyakit yang sudah komplikasi, kanker payudara yang di deritanya berkembang kembali dalam tubuhnya,meskipun dahulu sudah dilakukan operasi, bahkan semakin ganas, ditambah lagi dengan liver yang di deritanya. Seketika,teringat hari- hari yang daku lalui bersama Ibu dahulu, bahkan ketika daku membuat Ibu menangis, ingin rasanya diri ini bersujud di kaki Ibu dan memohon ampunan karena telah membuat Ibu menangis, akan tetapi waktu tidak memihak daku, dan Allah lebih menyayangi Ibu dan memanggilnya lebih dulu. Daku merasa sangat berdosa, tidak sempat berkata sepatah kata apapun kepada Ibu, bahkan untuk satu kata,  kata itu kata yang mungkin bagi seorang anak saat ini sulit untuk di katakan kepada Ibu nya, yaitu “maaf”, dan entah mengapa kata itu sangat berat untuk di ucapkan. Seperti kata pepatah, “sesal dahulu pendapatan,sesal kemudian tiada guna” , kini tidak mungkin lagi menyesali semua yang telah terjadi, dan sekarang adalah waktu untuk mengevaluasi diri, daku akan selalu mengenangmu Ibu di dalam sanubariku. Ibu, engkaulah segalanya bagiku.Ibu, engkaulah segalanya bagiku, engkaulah cerminan jiwaku.
Sebagai penutup karangan ini, penulis petik beberapa bait lagu “IBU” :
Ingin ku dekap,dan menangis dipangkuan mu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa,naluri sekujur tubuh mu
Dengan apa membalas, IBU…………
IBU…………

                                                                                                Punge, 20 Desember 2011

Jumat, 16 Desember 2011

doa seorang hamba

kutipan dari sebuah buku novel pembangun mental islami manusia dengan sebuah judul "Debar- debar Tasbih"


Rabbi......
Jika cintaku Kau ciptakan untuk dia
tabahkan hatinya
teguhkan imannya
sucikan cintanya


Rabbi......
Jika hatiku Kau ciptakan untuk dia
penuhi hatinya dengan Kasih-Mu
terangi langkahnya dengan Nur-Mu
bisikkan kedamaian dalam kegalauan
temani dia dalam kesepian


Rabbi.....
kutitipkan cintaku pada-Mu untuknya
resapkan rinduku pada rindunya
mekarkan cintaku bersama cintanya
satukan hidupku dan hidupnya
dalam cinta-Mu
sebab, Sungguh aku mencintainya karena-Mu